ILMU YAKIN DI BULAN SUCI RAMADHAN 

ILMU YAKIN DI BULAN SUCI RAMADHAN 

ACHMAD YUSRON

yusiborneo594@gmail.com

Ada di antara kita salah memahami ilmu yakin. Kita sering ragu akan janji Allah Swt. bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Segala sesuatu dilandasi dengan keyakinan yang kuat. Padahal firman Allah, fainna ma’aal ‘usri yusra. Inna ma’al ‘usri yusra” itu diulang sampai dua kali. Bahkan ahli tafsir menyatakan, ketika ada satu kesulitan, maka akan ada dua kemudahan. Itu hukum alam ada kesulitan ada kemudahan. Namun, mengapa kita sering tidak yakin bahwa selalu ada jalan keluar otomatis dari Allah atas setiap kesulitan dan masalah yang menimpa kita? Apakah manusianya yang salah memahami tentang dasar yakin. Ilmu yakin itu sangat kuat untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Segala apapun kalau di dasari dengan keyakinan maka hasilnya akan sangat sesuai dengan cita-cita. 

Kita kadang sering merasa tidak yakin atas setiap kesulitan yang dialami dan atas setiap masalah yang terjadi. Bahkan, atas setiap kekurangan rezeki. Apalagi di masa pandemi melanada di Indonesia bahkan di dunia. Rezeki itu cari keberkahannya biar mau membeli apapun itu cukup. Ada juga misalnya jodoh yang penting itu yakin yang kamu dekati dengan kepastian. Misalnya namanya si “H” itu saya memang sudah benar-benar yakin kepadanya ya harus di dasari dengan doa yang kuat dan usaha yang maksimal supaya itu hasilnya maksimal. Apapun itu itu harus penuh pengorbanan yang tak terhitung. Jarak itu bagiku tidak ada masalah yang penting yakin dan kepastian yang di dasari komitmet, istiqomah, prinsip yang berkualitas.

Keraguan akan janji Allah itu begitu kuat sekali. Padahal, Allah menjamin rezeki semua mahkluknya, dari yang terbesar sampai terkecil (QS Hud: 6). Itu artinya apa? Kita masih ragu dan belum yakin pada janji-janji Allah dalam Alquran. Karena rasa ragu itu harus dihilangkan biar muncul rasa yakin yang akan mengantarkan lebih baik.

Yakin kepada Alquran merupakan rukun iman. Dengan demikian tidak pantas jika kita meragukan janji Allah tentang rezeki di Alquran. Namun demikian, terkadang kita tidak tahu, hikmah di balik setiap peristiwa. Sebagai umat muslim pasti dasarnya harus meyakini alquran. Karena Al-Quran itu semua yang ilmu ada di dunia dan akhirat ada di dalamnya.

Manusia itu lebih suka mengeluh, persis seperti diceritakan Alquran (QS al-Baqarah: 286); (QS al-Ankabut: 2). Diberi sakit, mengeluh, kehilangan uang mengeluh, bisnis rugi mengeluh, diberi kesusahan sedikit saja mengeluh, seolah lupa bahwa Allah Maha Teliti, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pemberi, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Jadi tidak mungkin muncul peristiwa dan apapun yang diciptakan Allah tidak ada gunanya.

Manusia hanya diminta bersyukur agar Allah menambah nikmat-Nya (QS Ibrahim: 7). Demikian pula, sebaik-baik doa, artinya termasuk saat kesusahan sekalipun adalah dengan mengucap “Alhamdulillah” (segala puji hanya milik Allah). Kalaulah dibuka sedikit saja pintu hikmah, kita akan melihat setiap peristiwa yang terjadi pada kita adalah baik bagi kita (sekali lagi baik bagi kita).

Mari belajar dari kisah Nabi Musa. Ketika Nabi Musa dan rombongannya dikejar Firaun dan tentaranya, sehingga terjebak di pinggir lautan. Secara akal manusia, Nabi Musa dan rombongannya akan tertangkap Firaun. Rombongan Nabi Musa sudah ketakutan akan terbunuh oleh Firaun dan tentaranya. 

Namun, Nabi Musa yakin (sekali lagi itu yakin) bahwa Allah akan menolongnya. Barulah turun perintah untuk memukulkan tongkat Nabi Musa sehingga lautan berubah menjadi daratan, dan selamatlah Nabi Musa dan rombongan.

Padahal itu hanya tongkat biasa, tapi karena Allah yang menurunkan perintah, maka apapun bisa terjadi. Kalau Allah mau, selalu saja ada jalan atas setiap masalah. Kun fayakun!. Pertanyaannya, sudahkah kita mendekat pada Allah? Sudahkah kita yakin pada Allah? Itu masalahnya. Maka dekatkan diri kepada Allah Swt. Yang membuat kita di penuhi deengan jembatan pemberian rezeki. 

Dari sinilah, para ulama membagi ilmu yakin terdiri atas tiga tingkatan. Pertama, ‘ilmu al-yakin contohnya segala apapun ada kesulitan ada kemudahan. Kedua, ‘ain al-yakin contohnya setelah melihat sendiri adanya kemudahan baru yakin. Yakin sangat di butuhkan bagi apapun agar hasilnya maksimal.

Ketiga, haq al-yakin contohnya setelah merasakan langsung kemudahan itu secara nyata baru yakin itu benar. Kita termasuk tingkatan yang mana? Wallahu a’lam.

Kesimpulannya ilmu yakin itu salah satu doa yang kuat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dari apapun yang ada di dunia maupun di akhirat nanti. Segala apapun di dasari dengan yakin maka Allah akan memberikan yang terbaik. Jangan ada rasa keraguan sedikitpun tentang hal apapun itu. Keraguan itu tidak baik untuk melakuakan hal apapun di dunia maupun di akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *