ORISBA ATAU MATSAMA YANG TEPAT SASARAN

ORISBA ATAU MATSAMA YANG TEPAT SASARAN

– Slamet Waltoyo –

Ketakutan dan kecemasan akan meliputi setiap anak yang baru pertama memasuki gerbang sekolah. Perasaan ini juga terjadi pada Orang tua karena perasaan yang meliputi anaknya.

Setiap permulaan adalah sulit. Dan keberhasilan di awal akan menentukan keberhasilan selanjutnya. Pentingnya dua kalimat ini membuat para Orang tua fokus perhatiannya pada anak-anaknya yang baru pertama akan memasuki sekolah baru. Biaya lebih harus disiapkan, tenaga ekstra harus diadakan, dan waktu sempit harus diluangkan. Apapun akan disiapkan untuk keberhasilan anak di awal waktu sekolah.

Bulan Juli adalah bulan yang banyak menimbulkan kecemasan sekaligus harapan bagi banyak orang. Terutama para murid baru dan orang tuanya. Dimana Orang tua harus menghantarkan dan anak harus memasuki gerbang baru yang beranama dunia sekolah.

Anak tentu akan mengalami banyak kesulitan, karena semua serba baru; lingkungan sekolah yang baru, guru yang baru, mata pelajaran yang baru, teman-teman yang baru, semua baru mengawali.

Jika masalah non akademik saja telah menyulitkan, tentu saja akan memberatkan masalah akademik. Ini tidak boleh terjadi meskipun anak harus melalui. Untuk memperingan kecemasan dan memperbesar harapan orang tua, sekolah harus mengajak anak sebagai murid baru untuk melakukan lompatan agar fase ini lebih cepat dilaluinya. Inilah makna diadakannya orientasi murid baru (Orisba).

Penting bagi sekolah. Memanfaatkan event ini tidak sekadar lompatan menghilangkan kecemasan. Melainkan, menjadikannya sebagai strategi adaptasi yang mampu mengubah anak untuk memiliki karakter yang dikehendaki sekolah. Event inilah titik awalnya. Maka arah Orisba tidak hanya mengenalkan melainkan juga menanamkan.

Sekolah harus benar-benar siap. Kesulitan murid baru dalam mengawali sekolah harus menjadi tanggung jawab sekolah . Artinya sekolah harus mau bersulit-sulit mengadakan Orisba yang bermakna. Yaitu Orisba yang mengenai sasaran. Orisba yang tidak sekedar menjalankan agenda rutin tahunan.

Orisba harus memiliki sasaran yang jelas. Dua sasaran utama Orisba adalah;
1. Mempercepat hilangnya rasa takut dan cemas sebagai pendatang baru.
2. Menjadi titik awal pembentukan karakter yang diharapkan.

Sasaran pertama Orisba adalah mempercepat calon murid berstatus sebagai murid baru, tanpa harus menghilangkan semangat barunya, bahkan harus dapat menumbuhkan motivasi baru. Orisba harus dapat menjawab segudang pertanyaan yang memberatkan murid, sehingga murid baru dapat menjawabnya sendiri, misalnya;

• bagaimana kalau saya lapar?,
• dimana saya bermain?,
• dimana kalau mau buang air kecil?,
• kepada siapa kalau menginginkan sesuatu?,
• bagaimana menghadapi guru mata pelajaran?
• dan sebagainya.

Maka metode yang digunakan dalam Orisba adalah pengenalan dan melakukan. Tidak cukup siswa dikenalkan dengan semuanya tetapi harus mencoba melakukan semuanya.

Hal-hal yang harus diperkenalkan pada siswa baru:
• Sarana fisik meliputi : Ruang-ruang kelas, Masjid dan tempat wudlunya, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Majlis Guru, Ruang UKS, Perpustakaan, Laboratorium, Kamar mandi dan WC, Kantin, Sarana bermain dan sarana fisik yang lain. Perkenalkan dengan fungsi sarana tersebut secara lengkap sesuai kebutuhan murid.
• Masyarakat penghuni sekolah, mulai dari Kepala Sekolah, Para Guru, Pegawai Sekolah semua bagaian, teman sesama siswa, hingga petugas kebersihan. Perkenalkan dengan tugas masing-masing bagian diatas sesuai kebutuhan murid.
• Aturan atau Tata-tertib Sekolah, baik secara umum maupun hal-hal yang bersifat khusus. Berilah penekanan pada hal-hal yang peka terkait dengan murid.

Hal-hal yang perlu dicoba dilakukan siswa baru, yang menyangkut sistem kehidupan sosial masyarakat sekolah, antara lain;

• Ketika datang dan pulang sekolah
• Ketika mengawali dan mengakhiri kegiatan belajar
• Ketika menggunakan WC dan Kamar Mandi.
• Ketika harus mengambil kapur, mengambil jatah makan, meminjam buku perpustakaan, mengambil sarana atau media belajar, dan sebagainya.
• Ketika tiba-tiba terasa sakit,

Kecanggungan anak dalam melakukan sesuatu dapat berakibat hilangnya kepercayaan diri yang akhirnya dapat menghambat prestasi belajar anak. Ini dapat terjadi karena anak tidak dapat atau lamban dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya. Maka beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mempercepat proses penyesuaian diri anak dengan lingkungan sekolah barunya adalah;

1. Gunakan waktu luang, ajak anak ke sekolah.
Ajaklah anak ke sekolah pada sore atau hari Ahad sebelum anak masuk sekolah, berilah keleluasaan bermain sehigga anak merasa nyaman, merasa di lingkungannya sendiri.

2. Fahami lebih detail profil sekolah dan fahamkan pada anak.
Dari profil sekolah yang dibaca orang tua, anak dapat difahamkan apa yang akan didapatkan dan apa yang dapat dilakuna anak di sekolah barunya nanti.

3. Kenalkan dengan beberapa teman barunya di sejitar rumah.
Anak akan merasa lebih nyaman di sekolah baru jika ada teman bermainnya.

Sasaran kedua Orisba adalah menjadi titik awal pembentukan karakter. Untuk ini kondisi lingkungan sekolah harus dalam keadaan ideal. Pada status ini murid baru dalam keadaan kosong, lembaran putih. Inilah saatnya memulai goresan itu. Mulailah dengan goresan yang indah, dengan cara yang indah, agar murid baru merasakan keindahan.

Dalam waktu yang singkat, tentu tidak mungkin semua sikap dan sifat pembangun karakter bisa ditanamkan. Tanamkan sifat dan sikap dasar, yang menjadi pondasi bangunan karakter. Kemuadian secara berjenjang lengkapi bangunan karakter dari waktu ke waktu berikutnya.

Tiga sikap dasar yang kita sarankan ditanamkan saat Orisba adalah; tertib ketika antri, kepekaan terhadap sampah, dan hormat terhadap Guru. Bagaimana ketiganya ini ditanamkan ketika Orisba.

Antri dengan tertib.
Buatlah beberapa kegiatan selama Orisba yang mengharuskan anak melakukan antri. Misalnya saat mengambil air wudlu, saat mengambil jatah snack dan makan, saat masuk atau keluar ruangan. Inti dari sikap tertib antri adalah;
1. Mendahulukan hak kepada yang lebih berhak
2. Melapangkankan diri bahwa orang lain lebih berhak

Kita sangat khawatir dengan budaya berebut yang kini kian marak. Orang berebut karena mengabaikan dua sikap diatas. Tidak mengindahkan hak orang lain dan dia merasa paling berhak. Kita biasakan anak untuk tertib antri. Para Guru-lah yang mengawal ketertibannya. Ini berarti anak dituntut untuk menjaga ketertiban diri dan kelompoknya, mendahulukan hak orang lain yang lebih berhak, menahan diri untuk menuntut hak terlebih dahulu.

Peka terhadap sampah.
Sampah adalah bagian utama dari permasalahan lingkungan. Jika sampah mendapat perhatian yang baik maka lingkungan akan terkelola dengan lebih baik. Mungkin tidak perlu ada acara khusus pengambilan sampah. Namun ada yang secara khusus di tunjukkankepada murid. Dalam kegiatan apapun tidak membiarkan selembar daun kering atau bungkus permen yang tidak pada tempatnya. Kemudian buatlah simulasi untuk menguji kepekaan murid terhadap keberadaan sampah yang tidak pada tempatnya.
Jika belum ada gejala kepekaan, asahlah kembali dengan memberi contoh kasus. Hingga setiap anak merasa dialah yang paling berkewajiban menempatkan sampah pada tempatnya. Bukan orang lain. Tidak lagi terdengar jawaban, “bukan saya yang membuang..” ketika ada Guru yang mengingatkan untuk mengambil sampah.

Hormat kepada Guru.
Inilah keluhan utama Orang tua dan Guru tentang sikap anak atau muridnya. Kurang unggah-ungguh, kurang bisa menunjukkan rasa hormat kepada orang lain.
Mulailah dengan memberi pengertian tentang pentingnya saling menghormati, siapa saja yang harus dihormati, dan mempraktikkan bagaimana cara menghormati Guru. Tidak perlu rasa tabu, guru melatih muridnya bagaimana menghormati dirinya. Memang harus dimulai dari sini dan nanti anak akan mempraktikkan kepada siapa saja yang harus dihormati.
Contoh yang harus dilakukan anak;
– Tidak berjalan melewati Guru yang sedang duduk di dekatnya.
– Tidak berbicara keras (teriak) kepada Guru.
– Tidak berjalan mendahului Guru atau melewati depannya.
– dan beberapa hal yang lain.

Orisba cukup ditangani oleh panitia dalam pengaturannya tetapi dalam pelaksanaannya harus melibatkan seluruh masyarakat sekolah.

Untuk kelengkapan fungsi Orisba, orientasi tidak cukup dilakukan untuk murid baru tetapi Orang tua murid pun harus mendapatkan orientasi juga. Ini sangat penting karena untuk keberhasilan belajar siswa di sekolah tidak cukup ditangani oleh Guru saja. Sehingga melalui Orientasi Orang tua murid diharapkan akan terjadi kesepahaman antara Orang tua dan Guru dalam memberi perlakuan pada anak (mendidik).
Orang tua perlu mendapatkan hal-hal berikut;
– Kegiatan apa saja yang dilakukan anak di sekolah dari jam ke jam selama sehari.
– Bagaimana cara mengetahui pekembangan anak secara insidental.
– Bagaimana mengantar anak yang terlambat datang
– Bagaimana cara menjemput anak jika harus terlambat menjemputnya.
– Apa yang harus dilakukan Orang tua di rumah menghadapi mata pelajaran tertentu yang melibatkan Orang tua. Misalnya hafalan Al-Quran
– Juga cara pengasuhan di rumah yang sesuai dengan pengasuhan di sekolah.

Inilah yang dimaksud bahwa sekolah harus mau bersulit-sulit mengadakan Orisba yang bermakna bagi murid baru dan orang tuanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *